Tambah Ilmu
Friday, February 22, 2019
Thursday, March 29, 2018
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI TERHADAP KESEHATAN DI MASYARAKAT
IMPLEMENTASI
TEKNOLOGI KESEHATAN DI MASYARAKAT
(
E-Medicine )
Abdul Syarifain(111511340),
Evalen Karaki(13111101409), Cinkwancu Sanggamele (13111101401), Gerry C. Lengkong(13111101403),
Indri F. Mokodompit(13111101424), Mercuri C.D Rosang(13111101461).
Ilmu
kesehatan masyarakat,fakultas kesehatan
masyarakat, universitas sam ratulangi manado, jalan kampus unsrat bahu, manado, 95115
Email: Rektorat@unsrat.com
Email: Cinsanggamele@gmail.com
ABSTRAK
Salah satu dampak
kemajuan teknologi informasi adalah ketergantungan masyarakat terhadap
informasi. Begitu juga dengan dunia kesehatan, masyarakat di dunia maju telah menjadikan
salah satu kegunaan teknologi tersebut sebagai seorang dokter online untuk mengetahui
berbagai macam jenis penyakit, baik melalui e-mail ataupun dengan mengisi formulir-formulir
isian yang telah disediakan oleh pihak pengelola E-Medicine tersebut. Pada
umumnya, masyarakat pada dunia berkembang sangat jarang menggunakan fasilitas kemajuan
teknologi informasi khususnya pada pengobatan jarak jauh tersebut yang lebih dikenal
dengan E-Medicine. Selain karena tingkat kehidupan yang sangat rendah, masih sangat
kurangnya kepercayaan pada informasi yang diberikan scara online. Beberapa harapan
masyarakat pada umumnya dan masyarakat pada dunia berkembang khususnya dalam
penggunaan internet pada sistem E-Medicine adalah penggunaan teknologi yang
didukung dengan
biaya yang tidak mahal, penggunaan yang sangat mudah dan informasi kesehatan
yang sangat luas dan terbuka dalam pencarian data penyakit yang dideritanya.
1. PENDAHULUAN
Sistem Informasi “berbasis komputer”
mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem
informasi. Secara teori, penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus
menggunakan komputer dalam kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin
sistem
informasi yang sangat kompleks itu dapat
berjalan dengan baik jika tanpa adanya komputer. Sistem
Informasi yang akurat dan efektif, dalam
kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah
“computer-based” atau pengolahan
informasi yang berbasis pada komputer. Penggunaan sistem infromasi yang sangat kompleks
tersebut diimbangi dengan perkembangan kemajuan teknologi informasi akan dapat
meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan
dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan
produktivitas. Perkembangan teknologi informasi memperlihatkan
bermunculannya berbagai jenis kegiatan
yang berbasis pada teknologi ini, seperti e-government,
e- commerce, e-education, E Medicine,
e-elaboratory, dan lainnya, yang kesemuanya itu
berbasiskan elektronika. [Wayan Wardiana,
2002]. Penggunaan teknologi tersebut dapat melalui fasilitas-fasilitas e-mail,
web-site, pengisian formulir-formulir online dan lain sebagainya. Pada dunia
berkembang, khususnya di Indonesia, dari hasil survey oleh ICT Indonesia,
setiap 11 orang per 1000 penduduk pengguna internet terdapat 58.500 orang yang
menggunakan komputer dari level pendidikan tinggi, sedangkan pengguna internet
sebanyak 4 juta penduduk. Di negara maju, penggunaan teknologi informasi di
dunia kesehatan dimulai dengan pelayanan kesehatan
yang bersifat offline yang dilanjutkan dengan pelayanan online dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut. Menurut Kim Than Win, pada akhir
tahun 60an dan awal tahun 70an, dimulai pelayanan kesehatan secara online dengan
mencari data-data kesehatan di situs-situs yang telah disediakan, walaupun hal tersebut
masih sebatas di dalam lingkup sendiri, Perkembangan E-Medicine di Dunia
Berkembang – 2 Hig Lo Teleoperati
Telediagnos Teleconsultin E-Learning Telemeeting
Telemonitoring Industrializat Development Research atau yang sering disebut
Intranet, dan juga kerja sama dengan beberapa dokter spesialis. Sekitar tahun
80an, beberapa data yang tersimpan dalam sistem komputer mulai digunakan pada kegiatan
pengobatan yang dihubungkan secara terintegrasi dengan sistem informasi rumah
sakit yang telah bekerja sama dan dapat diakses melalui internet.
2. PENGERTIAN
TELEMEDICINE
Awal digunakankan system telemedicine atau
Emedicine secara tradisional masih menggunakan videoconferencing secara real
time yang menghubungkan jadwal telemedicine dengan lokasi seorang pasien.
Menurut Bayer et al, 1997 dan Shannon et all, 1986, masalah telemedicine dan layanan
kesehatan telah di pelajari sejak lebih dari 50 tahun yang lalu. Telemedicine
adalah konsep umum yang menerapkan teknologi komunikasi elektronik atau teknologi
telekomunkasi yang dapat mengirimkan informasi tentang daftar segala jenis penyakit.
Telemedicine termasuk juga didalamnya adalah tele-education, yang termasuk
e-learning dan
teleinformation bagi seorang pasien.
Kebutuhan yang digunakan pada sistem Telemedicine
adalah penggunaan fax, pesawat telepon untuk bertukar informasi melewati
transmisi dan mengevaluasi citra seperti radiographs
atau gambar dari luka atau penyakit dalam pengambaran video conference secara interaktif,
yang sangat mudah dan sudah tidak asing lagi bagi semua pasien dan juga
penempatan atau lokasi alat komunikasi yang mudah terdapat dimana-mana. Namun
pada kemajuan teknologi tersebut, beberapa kelemahan yang ditemukan dari system
E-Medicine
adalah susahnya berhubungan dengan system
yang ada untuk mencari data penyakit secara rinci yang diinginkan dalam
pencarian informasi suatu penyakit. [Christopher Lau,2002, Amir dan
Mojtaba] Telemedicine atau E-Medicine,
sudah digunakan secara rutin sejak awal tahun 1990an. Menurut Jiang Tian dan
Huglory Tianfield, E-Medicine juga mempunyai dampak yang besar pada sistem kesehatan
secara tradisional. Penggunaan system EMedicine
adalah pada pengiriman data kesehatan melalui
informasi yang terintegrasi, komunikasi,
dan teknologi human machine interface.
3. CONTOH TELE MEDICINE
E-Medicine dikembangkan untuk memudahkan
para pasien mengirimkan informasi secara
multimedia seperti dengan penggunaan video
dan audio kepada para dokter. Pasien-pasien tersebut
juga di monitor melalui kuesener self
assessment yang diisikan secara multiple choice. Selain penggunaan di atas,
E-Medicine juga dapat
menggunakan sensor smart audio untuk
mengekstrak infromasi dengan suara pada aplikasinya. Emedicine terdiri dari
teknk e-monitoring dengan computer pintar melalui jaringan komunikasi [Dan
Istrate et all] Aplikasi E-Medicine dapat
diklasifikasikan sebagai
(1). Kesehatan dan pengobatan seumur
hidup, (2). Informasi kesehatan perorangan, (3). Konsultasi jarak jauh, (4).
Pemeriksaan kesehatan secara
rutin.Teknologi dan metode yang baru akan
selalu di kembangkan dan di release agar menjadi model E-Medicine yang
potensial Penerapan E-Medicine sangat menguntungkan
dalam menginformasi kesehatan jarak jauh,
social dan kultur, hal tersebut dikarenakan dapat menghemat tenaga dan waktu.
E-Medicine merupakan aplikasi yang sangat luas, bermula dari diagnostic (seperti
teleradiology), perlakuan,
melalui telesurgery atau telementoring
dimana seorang dokter spesialis bertindak sebagai guide. Sistem
E-Medicine yang baik menggunakan teknologi yang maju seperti Video Conference, Audio
Conference, Audio Grafik, Multimedia Interaktif dan penggunaan teknologi
jaringan.
Teknologi-teknologi tersebut dapat
menjadikan mamajukan pelayanan E-Medicine. Contoh penerapan teknologi Video
Phone Telemedicine project di Indonesia dapat dilihat pada gambar di bawah ini


Beberapa negara maju sudah menerapkan
sistem EMedicine, contohnya seperti yang diutarakan oleh Penny Lunt Crosman,
pada kota Ohio, yang digunakan pada Union Hospital of Dover, Ohio. Rumah sakit
tersebut selalu mengakses sebanyak 6000 dokumen elektronik, 250.000 data pasien
dan 38.000 ruang darurat yang digunakan setiap tahunnya. Lebih dari 100 juta
konsumen selalu mencari informasi kesehatan setiap tahunnya, beberapa dari
mereka selalu berinteraksi secara online dengan dokternya. Penelitian yang
didapat dari Manhattan, ditemukan 57% dokter merekomendasikan suatu penyakit
melalui situs dan 19 % menjawab segala pertanyaan melalui e-mail. Sedangkan
menurut International Telecommunication Union, telemedicine telah di akses oleh
7000 rumah sakit dan pusat kesehatan. Contoh skema dan peralatan dari Telemedicine 

Beberapa pasien dapat mengakses data-data tersebut
dari rumah atau pun kantor dengan mengisi formulir-formulir seperti pada gambar
di bawah ini yang telah disediakan oleh situs tersebut Mereka menggunakan
fasilitas tersebut untuk membantu
mencari dan menganalisis informasi yang di
dapat dari jenis penyakit yang dideritanya. [Christopher Lau, et all, 2002 dan
Robert Mittman and Mary Cain, 1999]

Dan dalam 5 tahun terakhir, penggunaan
komputer untuk mencari informasi akan jenis penyakit tersebut terus bertambah
dari tahun ke tahun. Hal ini berarti bahwa semua organisasi kesehatan
sangat peduli dengan kesehatan masyarakat,
yang tidak hanya konsultasi secara tradisional tapi juga dapat berkonsultasi
secara online. Beberapa situs yang dapat ditemukan tentang kesehatan antara
lain adalah
Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization :
http://who.int/en/
Berbagai macam penyakit
http://www.intelihealth.com
Penyakit Diabetes :
http://www.diabetes.org
Penyakit Leukemia :
http://www.leukemia.org
Penyakit Influenza :
http://www.cdc/gov/flu
Penyakit Ginjal
http://www.kidney.org
Penyakit Kanker
http://www.cancer/org
Penyakit Kanker Paru-paru
Penyakit Kanker Payudara :
http://www.breastcancer.org/ atau
http://www.thebreastcancersite.com
Penyakit Anemia
http://www.anemia.com
Penyakit Paru-paru
http://www.innerbody.com/anim/lungs.html
Anatomi Manusia Online
http://www.innerbody.com
Departemen Kesehatan Indonesia
4. KESIMPULAN
Teknologi E-Medicine akan terus
berkembang dengan pesat karena semakin
banyak pengguna internet di seluruh dunia, yang dapat dilihat dari survey
Indonesia Internet Business Community, dari 50 juta pada tahun 1997 bertambah sangat
pesat menjadi 400 juta pada akhir
tahun 2000. Dari pertumbuhan tersebut,
Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang hanya 0.7% - 0.9% menjadi
pengguna internet. Dengan kata lain, sebenarnya internet sebagai salah satu
saluran pencarian data penyakit
dan komunikasi adalah harapan dari banyak Perkembangan
E-Medicine di Dunia Berkembang – 4 masyarakat di berbagai negara, khususnya
juga di negara berkembang. Penggunaan teknologi tersebut sebaiknya didukung
dengan biaya yang tidak mahal, penggunaan yang sangat mudah dan informasi
kesehatan yang sangat luas dan terbuka Hal–hal
tersebut di atas yang menjadi salah satu sebab bahwa pada dunia berkembang
seperti Indonesia, penggunaan E-Medicine sangat jarang dan langka sekali
digunakan karena selain minimnya faktor penggunaan teknologi di kalangan masyarakat
tersebut juga karena faktor kepercayaan masyarakat kepada data yang diberikan
secara elektronik.
Akan tetapi untuk peluang jangka panjang
tidak menutup kemungkinan penggunaan internet pada kalangan menengah ke atas
dengan level pendidikan yang tinggi dapat menggunakan teknologi E-Medicine
untuk wilayah tertentu khususnya di kota-kota besar..
DAFTAR
PUSTAKA
1. Amir Talaei-Khoei and Mojtaba
Talaei-Khoei, Approach to E-Medicine, Mashhad University
of Medical Sciences
2. Christopher Lau et all, Asynchronous
Web- Based Patient-Centered Home Telemedicine
System, IEEE Transactions On Biomedical Engineering,
Vol. 49, No. 12, December 2002
3. Dan Istrate et all, Smart Audio
Sensor for Telemedicine
4. Khin Than Win, Information Age,
Electronic Health Record andAustralia Healthcare, International Journal
of The Computer, the Internet and Management
Vol.12 No.3 (September-December, 2004) pp 14-21
5. Penny Lunt Crosman, E-Medicine in
Ohio, Transform Magazine; Sep 2004; 13, 9; ProQuest Computing, pg.
10
6. Robert Mittman and Mary Cain, The
Future of the Internet in Health Care, California Health Care
Foundation, January, 1999
7. Wawan Wardiana, Perkembangan
Teknologi Informasi di Indonesia, Seminar dan Pameran Teknologi
Informasi 2002, Fakultas Teknik
Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Jurusan
Teknik Informatika, 9 Juli 2002
Manajemen Pemasaran Rumah Sakit
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu institusi
pelayanan kesehatan yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit
bersifat holistik atau menyeluruh mulai dari pencegahan, penyembuhan hingga
pemulihan penyakit. Saat ini rumah sakit telah mengalami pergeseran tujuan.
Awalnya rumah sakit didirikan dengan tujuan sosial dan berhubungan dengan
keagamaan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, tujuan rumah sakit tidak
hanya pelayanan sosial tetapi juga mengarah pada tujuan ekonomi bahkan
komersial. Salah satu yang berpengaruh adalah globalisasi.
Globalisasi merupakan era
terjadinya pengalihan kapital dan teknologi dari negara dengan biaya tenaga
kerja mahal ke negara dengan biaya tenaga kerja murah. Tujuannya untuk
meningkatkan daya saing. Globalisasi diperkuat dengan adanya perjanjian GATS
(General Agreement on Trade in Services). Melalui perjanjian ini ada empat cara
liberalisasi perdagangan jasa yaitu pasokan jasa ke negara lain tanpa harus
menjadi penduduk tetap, penduduk membeli jasa di luar negeri, kehadiran dari
cabang, agen atau anak perusahaan asing dan kehadiran tenaga kerja atau ahli
untuk jangka waktu tertentu di suatu negara untuk mensuplai jasa. Dampak
globalisasi menuntut rumah sakit agar melakukan perubahan dalam manajemen dan
organisasi agar mampu bersaing dengan pesaing lokal, nasional, dan
internasional. Dampak tersebut dapat menjadi ancaman dan juga menjadi peluang.
Jika rumah sakit belum siap bersaing dengan rumah sakit asing maka kehadiran
globalisasi akan menjadi ancaman bagi kelangsungan kegiatan rumah sakit.
Tindakan yang dapat diambil adalah dengan menerapkan building fences yaitu
bersikap defensif dan meminta proteksi dan penghambat dari pemerintah terhadap
kehadiran pihak asing seperti pengaturan tenaga kerja asing.
Namun bagi rumah sakit
yang siap bersaing baik itu dari segi pelayanan, sumber daya yang dimiliki dan
pemasaran yang kuat akan menerima kehadiran globalisasi. Tindakan lainnya yang
dapat diambil adalah dengan menerapkan building winmills yaitu melakukan
tindakan akomodatif dan memberdayakan angin perubahan seperti meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh rumah sakit dan melakukan aliansi
strategis dengan pihak luar negeri. (Taurany, 2008) Saat ini beberapa rumah
sakit dalam negeri telah bekerja sama dengan rumah sakit asing. Mereka
menetapkan standar internasional pada pelayanan yang diberikan. Hal tersebut
merupakan salah satu tindakan yang ambil untuk menghadapi globalisasi.
Menurut Taurany (2008),
solusi terbaik untuk menghadapi globalisasi adalah dengan menyiapkan daya saing
yang tinggi melalui kepemimpinan yang memicu pada perubahan dan manajemen yang
profesional, manajemen perubahan, peningkatan manajemen mutu, pengembangan
sumber daya manusia, sarana dan teknologi, peningkatan kepuasan konsumen,
peningkatan budaya organisasi, pemasaran yang efektif dan peningkatan mekanisme
dan kegiatan mengantisipasi, memantau dan menganalisis perubahan-perubahan
lingkungan yang dampaknya dapat berupa ancaman dan berupa peluang.
Berdasarkan uraian
tersebut, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan pemasaran yang
efektif. Rumah sakit yang pada mulanya berorientasi sebagai produsen produk dan
jasa, mulai berorientasi pada pemasaran. Rumah sakit mulai menempatkan
kebutuhan, keinginan dan harapan pasien terhadap produk dan jasa sebagai nilai
pelayanan yang harus dipenuhi.
Menurut
Kotler (1996), pemasaran merupakan kunci untuk meraih tujuan organisasi yang
lebih efektif dari pada pesaing karena memadukan kegiatan pemasaran untuk
menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran. Manajemen pemasaran merupakan upaya yang
dapat dilakukan agar utilisasi pelayanan rumah sakit menjadi lebih tinggi
sehingga berdampak pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Pemasaran
rumah sakit merupakan suatu unsur yang penting. Tujuan
pemasaran rumah sakit adalah memperkenalkan rumah sakit pada masyarakat luas,
menginformasikan sejelas-jelasnya mengenai fasilitas dan kemampuan pelayanan
yang dimiliki oleh rumah sakit pada masyarakat dan segenap warga rumah sakit,
membentuk dan membina citra rumah sakit melalui kepercayaan dan penghargaan
masyarakat terhadap kemampuan rumah sakit, pemanfaatan sumber daya rumah sakit
secara optimal dan disamping itu rumah sakit juga mengharapkan terjadinya
peningkatan penghasilan. Namun manajemen pemasaran tidak dapat diaplikasikan
secara bebas dalam bidang rumah sakit terutama dalam mengaplikasi promosi. Ada
batasan atau etika yang harus dipatuhi seperti etika promosi rumah sakit.
Dalam hal ini,
keefektifan dalam kaitannya dengan meningkatnya utilisasi pelayanan jasa rumah
sakit dengan kata lain banyaknya pasien yang menggunakan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Bagaimanapun juga upaya pemasaran yang dilakukan bertujuan untuk
menginformasikan pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh rumah sakit dan pada
akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan utilisasi pelayanan kesehatan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan mengukur sejauh mana bauran pemasaran yang
digunakan oleh rumah sakit dalam mempengaruhi pasien untuk memilih berobat di
rumah sakit tertentu sebagai tempat pencarian pelayanan kesehatan. Evaluasi
dapat digunakan pada perencanaan upaya pemasaran dan upaya promosi pada periode
selanjutnya.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian pemasaran dan manajemen pemasaran ?
2. Apa
saja ciri-ciri organisasi semibisnis ?
3. Apa
masalah utama pemasaran rumah sakit ?
4. Apa
manfaat dari pemasaran ?
5. Apa
saja orientasi pemasaran ?
1.3
Tujuan
Penulisan
a. Untuk
mengetahui dan memahami pengertian pemasaran dan manajemen pemasaran.
b. Untuk
mengetahui dan memahami ciri-ciri organisasi semibisnis.
c. Untuk
mengetahui dan memahami masalah utama pemasaran rumah sakit.
d. Untuk
mengetahui dan memahami manfaat dari pemasaran.
e. Untuk
mengetahui dan memahami orientasi pemasaran.
.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Pemasaran dan Manajemen Pemasaran
Pengertian pemasaran menurut ahli pemasaran dunia yaitu Philip
Kotler (1985) adalah: “suatu proses proses sosial dan manajerial yang
didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang
bernilai kepada pihak lain”. Sedangkan, manajemen
pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar-pasar sasaran serta mendapatkan,
memelihara, dan memperbanyak pelanggan melalui penciptaan, penyediaan, dan
komunikasi hal-hal yang bermanfaat. (Philip Kotler, 1985).
Keberhasilan manajemen pemasaran
sangat tergantung kepada bagaimana organisasi itu merancang sesuatu yang akan
ditawarkannya berdasarkan atas kebutuhan dan harapan pasar sasaran, ketepatan
dalam penetapan tariff/harga, komunikasi dalam menginformasikan dan memotivasi,
serta penyediaan tempat untuk penyelenggaraan pelayanan itu kepada pasar
sasaran.
2.2
Ciri-ciri
Organisasi Semi Bisnis
Rumah sakit adalah organisasi
semibisnis, tetapi pemasaran rumah sakit tidak membutuhkan prinsip-prinsip baru
dalam pemasaran. Weinberg dan Lovelock (1977) telah
mengidentifikasi empat cirri utama organisasi semibisnis yang perlu
diperhatikan sewaktu menerapkan prinsip-prinsip pemasaran. Cirri-ciri apabila diterapkan
pada rumah sakit adalah sebagai berikut:
a. Banyak
publik
Rumah sakit memiliki paling sedikit dua public utama
yang harus diperhatikan dari sisi pemasaran, yaitu: klien dan penyedia dana.
Publik pertama berkaitan dengan penggunaan dana, sedangkan publik kedua
berkaitan dengan perolehan dana. Memang terdapat publik lain yang juga penting
dari segi pemasaran, seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), media massa, dan
lain-lain.
b. Banyak
tujuan
Rumah sakit sebagai organisasi semibisnis cenderung
memiliki banyak tujuan secara simultan, bukan hanya laba. Akibatnya, menjadi
lebih sulit dalam merumuskan strategi yang dapat mencapai seluruh tujuan itu.
Para manajer rumah sakit harus berpikir keras untuk menetapkan skala prioritas
dari tujuan-tujuan. Dengan demikian akan dapat dipilih satu, dua atau tiga
tujuan yang terpenting.
c. Produk
utama adalah pelayanan
Rumah sakit tentu lebih mengutamakan pelayanan sebagai
produk usahanya ketimbang barang seperti obat. Sebagaimana pelayanan memiliki
cirri-ciri tidak kasat mata (intangible),
tidak dapat dipisahkan (inseparable),
bervariasi (variable), dan tidak
dapat ditimbun (perishable). Dalam
merumuskan strategi pemasaran,ciri-ciri tersebut harus diperhatikan.
d. Diawasi
masyarakat
Rumah sakit merupakan sasaran
pengawasan oleh masyarakat karena rumah sakit menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan masyarakat dan mendapat subsidi (terutama rumah sakit pemerintah).
Oleh karena itu, rumah sakit pada umumnya merasakan tekanan-tekanan politis
dari berbagai pihak dan dituntut untuk beroperasi sesuai dengan kehendak
masyarakat.
2.3
Masalah
Utama Pemasaran Rumah Sakit
Setiap
rumah sakit harus dapat mengidentifikasi secara formal
permasalahan-permasalahan pemasaran yang dihadapinya,
bukan sekadar menerka-nerka. Bila hanya
menerka-nerka, mungkin tidak semua masalah utama diketahui. Boleh jadi akan
ada masalah penting yang terabaikan. Di samping itu, masing-masing rumah sakit
tentu menghadapi masalah yang berbeda. Oleh karena itu, tidak tepat bila
digunakan hasil identifikasi masalah dari rumah sakit lain untuk menyusun
strategi pemasaran suatu rumah sakit. Dengan dilakukannya identifikasi secara
formal semua masalah penting akan terungkap.
Masalah pemasaran yang dihadapi suatu rumah
sakit tidak lain adalah adanya kesenjangan antara apa yang ditawarkan rumah
sakit dengan apa yang sesungguhnya dibutuhkan dan diharapkan oleh
klien/pasien. Dengan kata lain terdapat selisih antara penawaran dengan
permintaan.
Kotler dan Keller (2009), menyatakan adanya delapan jenis
kesenjangan permintaan. Setiap jenis menghendaki strategi pemasaran yang
berbeda. Jenis-jenis kesenjangan permintaan itu adalah sebagai berikut:
a.
Permintaan negatif
Rumah sakit dikatakan
menghadapi permintaan negatif terhadap pelayanannya, bila sebagian besar
komponen pasar tidak menyukai pelayanan yang disediakan. Bahkan kalau boleh
lebih baik membayar untuk menghindarinya. Dalam hal ini, tugas dari pemasaran
adalah menganalisis mengapa pasar tidak menyukai pelayanan tersebut, dan apakah
kiranya suatu program pemasaran akan dapat mengubah keadaan ini dengan jalan
merancang ulang pelayanan menurunkan tarif/biayanya, dan promosi yang lebih
baik.
b.
Tidak ada permintaan
Dalam hal ini konsumen
tidak tertarik atau acuh tidak acuh terhadap pelayanan yang ditawarkan. Tugas
pemasaran disini adalah mencari jalan bagaimana menghubungkan manfaat dari
pelayanan dengan kebutuhan dan keinginan/harapan pasar sasaran.
c.
Permintaan tersamar
Sejumlah konsumen mungkin
memiliki keinginan yang besar akan sesuatu yang tidak diperoleh dari
pelayanan-pelayanan yang ada. Dalam hal ini dikatakan adanya permintaan yang
tersamar. Tugas pemasaran adalah mengukur seberapa besar pasar potensial yang
ada, dan mengembangkan pelayanan yang dibutuhkan atau diharapkan.
d.
Permintaan menurun
Rumah sakit pada suatu
saat akan mengalami penurunan permintaan terhadap satu atau lebih pelayanannya.
Tugas dari pemasaran adalah meningkatkan permintaan yang menurun tadi melalui
pemasaran ulang yang kreatif. Untuk itu perlu dianalisis penyebab sari turunnya
permintaan, dan dikaji apakah permintaan dapat ditingkatkan lagi dengan cara
menemukan pasar sasaran bary, mengubah fitur/atribut atau kemasan dari
pelayanan, atau menyelenggarakan komunikasi yang lebih efektif.
e. Permintaan tidak teratur
Banyak rumah sakit
menghadapi permintaan yang bervariasi secara musiman, harian, bahkan jam-jaman.
Tugas dari pemasaran adalah menemukan cara bagaimana mengubah pola waktu dari
permintaan.
f.
Permintaan
penuh
Rumah sakit menghadapi
permintaan penuh pada saat pelayanannya berkembang dengan baik. Dalam hal ini
tugas dari pemasaran adalah mempertahankan permintaan pada tingkat tersebut
oleh sebab kemungkinan terjadinya perubahan pilihan konsumen dan meningkatnya
persaingan. Perubahan pilihan (selera) konsumen dan meningkatnya persaingan
akan sangat berpengaruh terhadap permintaan.
g. Permintaan berlebihan
Pada suatu saat rumah
sakit dapat menghadapi situasi dimana permintaan melebihi apa yang dapat atau
ingin dilayaninya. Tugas pemasaran dalam hal ini adalah demarketing, yaitu menemukan cara bagaimana menurunkan permintaan
secara sementara atau mungkin juga seterusnya. Dapat juga dilakukan dermaketing secara selektif dengan cara
mengurangi permintaan dari segmen-segmen pasar yang sebenarnya tidak terlalu
membutuhkan pelayanan. Perlu disadari bahwa demarketing
bukan bermaksud menolak permintaan, melainkan sekadar mengurangi sampai ke
tingkat yang mampu dilayani.
h. Permintaan yang tidak dikehendaki
Pelayanan-pelayanan
tertentu sebenarnya tidak untuk dimanfaatkan secara bebas oleh konsumen. Tugas
pemasaran adalah mencegah pemanfaatan yang tidak semestinya dan menyadarkan
mereka yang menyukai untuk berhenti atau mengurangi konsumsi. Dalam hal ini
dapat ditempuh cara-cara seperti menginformasikan bahayanya, menaikkan
harganya, dan mengurangi jumlah atau waktu pelayanan yang disediakan.
2.4
Manfaat
dari Pemasaran
Alasan mendasar mengapa
rumah sakit harus mempertimbangkan upaya pemasaran adalah bahwa prinsip-prinsip
pemasaran akan memungkinkan rumah sakit mencapai tujuan-tujuannya secara lebih
efektif. Untuk mencapai tujuan-tujuannya rumah sakit sangat tergantung keoada
adanya tukar-menukar secara sukarela dengan publiknya. Dana yang memadai harus
diperoleh, karyawan-karyawan rumah sakit harus bekerja dengan baik, dan
pemanfaatan rumah sakit oleh klien/pasien harus di tingkatkan. Hal itu semua
akan dicapai bila rumah sakit dapat membertikan imbalan-imbalan yang dirancang
dengan baik. Pemasaran adalah suatu ilmu terapan yang sangat berkaitan dengan
permasalahan tersebut. Pemasaran dirancang untuk menciptakan tiga manfaat utama
sebagai berikut.
1. Meningkatnya
kepuasan dari pasar sasaran
Disuatu daerah dimana
terdapat hanya satu atau dua rumah sakit, rumah sakit tersebut berada dalam
lingkungan yang nonkompetitif. Dalam lingkungan seperti ini, permintaan akan
pelayanan rumah sakit boleh jadi cukup melimpah. Akibatnya, rumah sakit menjadi
kurang motivasi untuk memuaskan pasar sasarannya. Rumah sakit cenderung
memberikan pelayanan yang kurang baik, yang mau tidak mau harus diterima oleh
klien/pasien. Lama-kelamaan klien/pasien akan mencari rumah sakit didaerah lain
atau pelayanan kesehatan alternatif yang dapat memuaskan kebutuhan/harapannya.
Sementara itu, didaerah dimana banyak terdapat rumah sakit, mereka hidup dalam
lingkungan yang sangat kompetitif. Namun demikian, tidak jarang dijumpai rumah
sakit yang kurang memiliki kecakapan pemasaran guna mengembangkan
pelayanan-pelayanan yang memuaskan klien. Akibatnya, dari mulut ke mulut akan
tersebar berita buruk tentang rumah sakit, dank lien pun semakin menyusut.
Itulah boomerang yang harus diterima oleh rumah sakit tersebut. Dari kisah ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran, dengan keyakinan akan pentingnya
kepuasan klien/pasien, cenderung menghasilkan pelayanan-pelayanan yang semakin
memuaskan klien/pasien.
2. Meningkatnya
efisiensi
Dengan dilaksanakannya
pemasaran, maka akan berkembang manajemen yang yang rasional, dan koordinasi
dalam pengembangan pelayanan, penetapan tarif/harga, promossi atau komunikasi
tentang pelayanan-pelayanan yang tersedia, dan penyediaan tempat atau lokasi
penyelenggaraan pelayanan-pelayanan tersebut. Banyak rumah sakit
menyelenggarakan manajemen dan koordinasi dengan dilandasi pengetahuan yang
kurang. Akibatnya diperlukan biaya yang tinggi untuk pelayanan-pelayanan yang
disediakannya, atau dihasilkan pelayanan-pelayanan yang disediakannya, atau
dihasilkan pelayanan-pelayanan yang buruk untuk biaya yang di sediakannya, atau
dihasilkan pelayanan-pelayanan yang buruk untuk biaya yang disediakannya.
Dengan diterapkannya konsep pemasaran, hal ini tidak akan terjadi.
3. Meningkatkan
dukungan sumber daya
Rumah
sakit yang berhasil terus menerus meningkatkan kepuasaan klien/pasien pasti
akan menarik perhatian banyak pihak. Rumah sakit pemerintah yang berhasil akan
mendorong DPRD untuk mengalokasikan lebih banyak dana dari pemerintah. Rumah
sakit swasta yang berhasil, akan mendapat dukungan sumber daya lebih banyak
dari pemiliknya . Rumah sakit-rumah sakit tersebut boleh jadi juga akan
mendapat dukungan sumber daya dari pihak-pihak lain(Misalnya lembaga-lembaga
keagamaan), dan juga dukungan dari karyawannya (dengan bekerja lebih giat).
Disamping
manfaat atau keuntungan tersebut di atas, masih terdapat keuntungan-keuntungan
atau manfaat lain dan diterapkannya konsep pamasaran di rumah sakit. Kotler
(1985) pernah menyelenggarakan sebuah konferensi tentang pemasaran bagi para
pengelola rumah sakit di Amerika Serikat. Konferensi tersebut menghasilkan
kesepakatan bahwa dengan diterapkannya konsep pemasaran, maka:
-
Rumah sakit akan jauh lebih sensitif
terhadap dan memahami tentang kebutuhan-kebutuhan masyarakat di bidang
kesehatan.
-
Rumah sakit akan melupakan niat untuk
menyelenggarakan segala jenis pelayanan bagi semua lapisan masyarakat. Sebagai
gantinya, rumah sakit akan memilih pilak pasar dan memusatkan pelayanannya
kepada pasar-pasaran sasaran tertentu yang paling tepat atau yang secara
kompetitif dapat dilayaninya.
-
Rumah sakit akan segera menghentikan
pelayanan-pelayanan atau program-program yang tidak memiliki keunggulan
kompetitif (competitive advantage)
atau keunikan.
-
Rumah sakit akan lebih mampu mengembangkan
dan menyelenggarakan pelayanan-pelayanan baru yang berhasil.
-
Rumah sakit akan dapat menciptakan sistem
yang lebih efektif dalam menyelenggarakan dan mendekatkan pelayannya kepada
klien/pasien.
-
Rumah sakit akan dapat menerapkan penetapan
tarif/harga yang lebih kreatif.
-
Rumah sakit akan dapat menciptakan
kepuassan bagi para klien/pasien, dokter, perawat dan petugas-petugas lainnya.
2.5.
Orientasi
Pemasaran
Banyak yang berpendapat
bahwa rumah sakit yang telah menambahkan fungsi pemasaran dalam organisasinya
(misalnya dengan membentuk unit pemasaran), otomatis telah menjadi rumah
berorientasi pemasaran (marketing oriental). Kenyataannya tidak selalu
demikian. Ada sebuah rumah sakit yang telah lama mencantumkan unit pemasaran
dalam organisasinya, namun hanya BOR rumah sakit itu tidak kunjung meningkat
juga. Jadi, sbenarnya hakikat bagaimna hakikat organisasinya yang sudah malah
berorientasi pemasaran ?
1.
Jenis-jenis
orientasi
Cara terbaik untuk
mengetahui hakikat orientasi pemasaran adalah melalui perbandingannya dengan 3
jenis orientasi yang lain.
a.
Orientasi
Produksi
Banyak rumah sakit memusatkan perhatiannya kepada
lancarnya proses produksi (proses pelayanan), walaupun kerap kali mengorbankan
aspek manusia. Misalnya pasien harus
menjalani berbagai macam diagnosis tanpa penjelasan apapun. Pasien beralih dari
satu pemeriksa lain layaknya robot, tanpa mengetahui untuk apa untuk apa
pemeriksaan itu dilakukannya.
Rumah sakit yang berorientasi produk berkeyakinan
bahwa tugas utama rumah sakit adalah mengupayakan kecepatan dan efisiensi
pelayanannya.
b.
Orientasi
Produk
Sejumlah rumah sakit tetap mempertahankan bentuk suatu
pelayanannya, tanpa menyadari bahwa bentuk seperti itu sebenarnya tidak di
sukai oleh sebagian pasiennya. Misalnya ruang rawat intermidian ( setelah
pasien menjalani operasi ) yang hanya memiliki lampu penerangan bersifat umum,
yaitu untuk semua pasien (dan kadang kala juga dan untuk penawar juga). Ketika
malam hari lampu masi menyala maka orang (pasien) yang biasa tidur dalam gelap
, nd bisa kunjung tidur. Sebaliknya , ketika lampus segera d matikan,
Orang(pasien) yang biasa tidur dalam suasana terang, tidak bisa tidur. Rumah
sakit tidak punya gagasan untuk merubah sistem lampu penerangan untuk mengubah
sistem lampu penerangan menjadi bersifat individual. Yaitu di sediakan satu
lampu untuk setiap pasien, sehingga terserah masing-masing pasien untuk
mematikan atau menyalahkannya.
Rumah sakit yg berorientasi produk
beranggapan bahwa tugas utama Rumah sakit Adalah menyedaiakan pelayanan yang di
sukai oleh semua orang (klien/pasien). Rumah sakit tidak menyadari bahwa
kesukaan/keinginan orang berbeda-beda.
C Orientasi Penjualan
Beberapa Rumah sakit Berkeyakinan bahwa
mereka akan dapat meningkatkan pasar(meningkatkan BOR) dengan cara meningkatkan
uapaya “penjualan”. Mereka bukannya mengubah pelayanannya agar lebih menarik,
melainkan meningkatkan untuk promosi , pemasangan iklan , pemberian hadiah ,
dan lain-lain.
Upaya ini boleh jadi memang akan
meningkatkan pemanfaatan rumah sakit. Tetapi peningkatan itu hanya biasanya
saja.
Rumah sakit yang berorientasi penjualan
beranggapan bahwa tugas utama rumah sakit adalah merangsang minat (keinginan)
masyarakat terhadap pelayanan yang di sediakannya. Rumah sakit tidak menyadari
bahwa keinginan tidak sama dengan kebutuhan. Mereka yang datang karena
rangsangan , boleh jadi sekedar memuaskan keinginannya (want) bukan
kebutuhannya (went).
D.
Orientasi pemasaran
Beberapa rumah sakit (terutama di
negara-negara maju seperti singapura) telah meyakini pentingnya memusatkan
perhatian tidak pada produksi , produk , atau penjuaan. Tetapi pada upaya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien/pasien yang terus menerus berubah. Mereka
menyadari bahwa produksi , produk , dan penjualan pada dasarnya adalah untuk
menghasilkan kepuasaan pasar-pasar sasaran. Tanpa usaha memuaskan klien/pasien
, cepat atau lambat rumah sakit akan ditinggalkan oleh klien/pasiennya. Pada
saatnya lonceng kematian akan berdenting.
Rumah sakit yang berorientasi pemasaran
berkeyakinan bahwa tugas utama dari rumah sakit ada adalah mengenali kebutuhan
dan keinginan pasar-pasar sasaran dan memuaskannya melalui perancangan ,
penetapan tarif/harga , komunikasi , dan penyediaan pelayanan yang sesuai.
Rumah sakit yang berorientasi pemasaran ini
selanjutnya dapat berkembang menjadi rumah sakit yang berorientasi pemasaran
social. Dalam upayanya memuaskan kebutuhan dan keinginan klien/pasien, rumah
sakit menghadapi dua permasalahan. Pertama, klien/pasien bisa memiliki
keinginan yang tidak layak untuk di penuhi. Baik karena bertentangan norma
masyarakat atau merugikan kesehatannya. Kedua, klien/pasien bisa memiliki
hubungan yang tidak disadarinya yang
ingin di puaskan oleh rumah sakit demi peningkatan kesehatannya. Oleh karena
itu , dalam hal pemasaran , rumah sakit lalu memperhatikan 4 hal , yakni
kebutuhan klien/pasien , keinginan klien/pasien , perhatian klien/pasien , dan
norma masyarakat. Pada saat itu , rumah sakit tdi di katakan telah berorientasi
pemasaran social.
Perkembangan selanjutnya adalah ,
sebagaimana di kemukakan oleh kotler dan keller (2009), rumah sakit
berorientasi pemasaran holistik. Yaitu rumah sakit telah menerapkan pandangan
yang lebih luas tentang pemasaran dan menyadari kesaling gantungan antar
berbagi , kegiatan sehingga diperlukan integrasi dari kegiatan-kegiatan
tersebut.
2.
Ciri-Ciri keberhasilan rumah sakit Dalam
manajemen pemasaran
Adapun
ciri-ciri dari rumah sakit yang berhasil menyelenggarakan manajemen pemasaran
secara efektif adalah sebagai berikut.
a. Klien/pasien
melandasi falsafah rumah sakit. Manejemen rumah sakit menghargai pentingnya
mengutamakan perhatian terhadap pasar dan kepuasaan serta keinginan
klien/pasien dalam menyusun rencana-rencana rumah sakit dan pelaksanannya.
b. Pemasaran
terintegritasi dalam organisasi. Semua karyawan di rumah sakit diharuskan
melaksanakan analisis , perencanaan, pelaksanaan. Dan pengendalian upaya
pemasaran dalam tugasnya
c. Informasi
pemasaran memadai. Manajemen rumah sakit memperoleh informasi dalam jenis dan
mutu memadai yang digunakan untuk menyelenggarakan pemasaran yang efektif.
d. Orientasinya
strategis. Manajemen rumah sakit merusmuskan strategi Manajemen rumah sakit
merumuskan strategi-strategi dan rencana-rencana yang inovatif untuk mencapai
tujuan-tujuan jangka panjang.
e. Efisien
dalam operasionallisasi . kegiatan-kegiatan pemasaran di seleksi dan di
selenggarakan scra
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari makalah ini, kami kelompok
dapat menyimpulkan:
3.2
Saran
Demikianlah makalah
Manajemen Pemasaran Pelayanan Kesehatan yang berjudul Manajemen Pemasaran Rumah
Sakit yang kami buat, tentunya masih banyak
kelemahan dan kekurangan di karenakan keterbatasan pengetahuan kami.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dalam pembuatan
makalah berikutnya lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan untuk para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
enricorawung@gmail.com

Subscribe to:
Posts (Atom)